Musafir Cinta

Tajuk : Musafir Cinta

Pengarang : Taufiqurrahman Al-Azizy

Penerbit : PTS Litera Utama Sdn Bhd

ISBN : 978-983-3892-10-5

Mukasurat : 280 Halaman

Musafir Cinta, merupakan novel kedua dari rangkaian novel trilogi Makrifat Cinta karya Taufiqurrahman al Azizy.

Novel ini mengisahkan perjalanan Iqbal setelah ‘terusir’ dari pesantren di Solo. Setelah mengalami kebingungan hendak pergi kemana, akhirnya takdir mendamparkan dia di Banjarnegara. Disana ia berkenalan dengan beberapa pengamen yang ditemuinya di alun-alun, dan akhirnya tinggal di rumah salah satu pengamen tersebut, Firman, yang ternyata anak pengusaha kaya.
Dirumah orang tua firman inilah dia memutuskan untuk menghabiskan waktu 3 tahun, sebelum kembali ke pesantren untuk memenuhi janjinya pada kyai pengasuh pesantren. Dia memutuskan akan mengisi waktunya dengan menghapal al Qur’an.

Dirumah ini, dia menyaksikan firman dan teman2 nya yang suka mabuk2an, pesta narkoba bahkan juga pesta seks. Dia jadi ingat pada masa lalunya, dan bertekad untuk mengajak Firman dan teman-temannya untuk kembali ke jalan yang benar.
Sebuah dialog dengan Firman pada suatu malam, ternyata malah hampir membawanya kembali menjauh dari Allah. Tak ada lagi lantuan Al Qur’an dari mulutnya, sholat pun ia tinggalkan dan puncaknya, dalam kebingungannya untuk menemukan Tuhan, ia masuk ke sebuah gereja. Dalam gereja itu dia bertemu pendeta yang sangat bijak. Mereka lantas berdialog. Setelah berdialog dengan pendeta itu, sadarlah ia akan kesalahannya dan kemudian mencoba kembali mendekati Tuhan.
Lain halnya dengan Firman, dia memasuki beberapa tempat ibadah untuk menemukan Tuhan. Ingin ia menyampaikan tuntutannya pada Tuhan. Tuhan yang menurutnya telah dia sembah, namun tega merenggut nyawa adiknya dengan cara yang sangat tragis. Rupanya hal inilah yang membuat ia marah dan menjauhi Tuhan. Larut dalam narkoba dan minuman keras.

Merasa dalam hidup tak akan bisa bertemu dengan Tuhan, firman pun ingin segera menuju kematian, agar dapat bertemu dengan Tuhan. Digalinya lubang kubur untuk dirinya sendiri. Hal ini membuat heboh warga kota dan juga aparat kepolisian. Sebuah puisi dilantunkannya sebelum mengakhiri ajalnya

Duhai Kau yang disana
Disinilah aku menunggu Mu
Setelah sekian lama aku menyakini Mu
Dan kemudian meninggalkan Mu

Kemana lagi hendak kuhentakkan langkah
Ketika aku hanya menemukan jiwa gelisah
Tak kuasa menerima takdir Mu
Tak berdaya menghadapi kebesaran Mu

Dalam kesendirian jiwa kudekati Engkau
Tetapi semakin teggelam aku dalam jalan ini
Engkau semakin menjauh dariku
Tidak begitu berhargakah diriku di mata Mu
Duhai, Tuhan yang maha kuasa

Akankah aku harus menghadap Mu melalui kematian
Agar dapat menyaksikan wajahmu
Jika aku harus mati untuk bisa menemui Mu
Sudah ku gali liang kubur ini sebagai pintu untuk bertemu dengan Mu
Saksikanlah
Asyhadu an laa ilaha ilallah
Wa asyhadu anna muhammadar rasulullah…

Iqbal mencoba untuk meluluhkan hati firman agar mengurungkan niatnya untuk mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri. Firman akhirnya tersadar bahwa caranya untuk bertemu Tuhan selama ini salah. Dia tinggalkan minuman keras, narkoba dan juga seks bebas. Tindakan ini diikuti pula oleh teman2nya yang berprofesi sebagai pengamen. Bahkan akhirnya semakin banyak pengamen jalanan yang akhirnya mulai kembali melaksanakan sholat dan meninggalkan minuman keras.

0Komen Diterima:

Post a Comment

Sila Tinggalkan Komen anda

Related Posts with Thumbnails
Powered by Blogger